"Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku dengan sebab (pujian) yang mereka ucapkan,
dan ampunilah aku dari (perbuatan dosa) yang tidak mereka ketahui
(dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka)"
(HR. Bukhari)

Menerobos Dinding Kebodohan Dengan Membaca

Bagi yang tahu manfaatnya, membaca merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Ada yang pernah memberi saran, andaikata pada suatu ketika bosan bergaul dengan manusia, maka bergaullah dengan buku-buku. Tentu ini bukan saran yang ngawur, sebab dengan membaca anda bisa tahu dan mengenal berbagai hal. Bisa mengenal tokoh-tokoh dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Bahkan dengan membaca, seseorang bisa mengetahui dan menganalisa segala informasi, tidak serta merta menelan mentah-mentah informasi yang didapatnya. Inilah yang disebut dalam sebuah ungkapan: Bacalah yang tersurat sekaligus yang tersirat dibalik bacaan itu, yaitu dengan cara menyelam lebih dalam. Tanpa menyelam lebih dalam maka seseornga akan berkecipak di permukannya, bagaimana dia bisa mengambil mutiaranya? Hanya denga cara demikian seseorang akan sukses dalam belajar mandiri atau otodidak.


Bung Karno, yang kemudian menjadi presiden pertama  RI, pernah berkata: “Di saat aku kesepian di zaman penjajahan, maka bukulah yang selalu memberikan hiburan, inspirasi,  dan memupuk jiwaku untuk menjadi pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Lewat buku aku dapat berbincang-bincang dengan tokoh-tokoh besar di seluruh dunia. Sepeti Dr. Sun Yat Sen, Kemal Attaturk, Mahatma Gandi, dan yang lainnya.” Apakah beliau membaca sekedar membaca sambil lalu? Untuk bisa mencapai tingkat kenikmatan membaca seperti yang dialami Bung Karno, sehingga mampu memupuk jiwanya, jelaslah beliau telah berhasil menyelam lebih dalam dan melihat pesona keindahan dasar samudra sebuah buku. Apa yang dikatakannya di atas begitu jelas menunjukkan akan hal ini.

Juga bung Hatta, mantan wakil presiden pertama RI itu sangat mencintai buku-bukunya. Ketika sebuah bukunya dipinjam tamunya, ia pun memberikannya. Akan tetapi, dia sendiri kemudian segera membeli lagi buku yang dipinjanm tamunya itu. Hal ini mengisyaratkan bahwa beliau  adalh seorang pembaca buku yang hebat dan tekun. Beliau adalah termasuk tokoh berhasil menambah ilmunya dengan cara otodidak, yaitu lewat membaca buku-buku.


Bahkan banyak di antara pengarang dan wartawan ‘tempo doeloe’ (angkatan ’45 sampai tahun 60-an) yang berhasil mengembangkan profesinya dengan tekun membaca buku. Biarpun pendidikannya tidak tergolong tinggi, mereka bisa berhasil menambah ilmunya dengan cara membaca buku-buku.  Hal serupa juga masih bisa ditemui pada masa tahun 80-an, di mana tidak sedikit pengarang dan wartawan yang berhasil, meski tak sempat belajar di perguruan tinggi. Mereka berhasil lantaran usahanya belajar sendiri secara lebih tekun dibanding orang lain. Dan belajar sendiri sepeterti itu biasa disebut otodidiak.

Almarhum H. Adam Malik yang namanya tersohor di kancah Internasional ketika itu, juga termasuk salah seorang  yang memperoleh ilmu secara otodidak. Bahkan beliau pernah membeerikan lima syarat bagi kita yang ingin belajar sendiri. Pertama, percaya pada kecakapan dan kesanggupan sediri. Kedua, harus teliti dan rajin damlam membaca. Ketiga, pandai membagi waktu, supaya tidak banyak waktu terbuang percunama. Keempat, pandai membuat kesimpulan dari apa yang dipelajari. Kelima, jangan jemu dan malu untuk bertanya.

Prof. Dr.Hamka almarhum, adalah juga seorang otodidak yang sangat berhasil. Di mana ia telah menyumbangkan karyanya kepada bangsa, negara dan agamnya. Belialu adalah ketua MUI pertama, yang menunjukkan bahwa dirinya adalah tokoh yang memiliki ilmu yang luas. Puluhan buku hasil karyanya telah diwariskan kepada kita. Ada buku sastra, seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wick atau Di Bawah Lindungan Ka’bah. Ada buku agama seperti: Tafsir Al-Azhar atau Sufi Modern. Buya Hamka, disamping  sebagai ulama yang berbobot, beliau juga dikenal sebagai sastrawan dan wartawan. Apkah dia lulusan perguruan tinggi? Tidak, beliau hanya berpendidikan formal sangat terbatas, yaitu hanya sampai kelas 2 SD. Namun berkat tekad belajar sendiri sepanjang hidupnya, telah mengantarkan Hamka selangkah demi selangkah menjadikan dirinya seorang Tokoh Ummat Muhammad tingkat elite.


0 komentar on Menerobos Dinding Kebodohan Dengan Membaca :

Posting Komentar

Gubug Maya