Hampir semua orang ingin mencapai puncak keberhasilan di dalam menapaki perjalanan karir atau pekerjaannya. Akan tetapi bisakah puncak keberhasilan itu diraih oleh orang-orang yang selalu dihantui oleh rasa takut? Takut gagal, takut ditertawakan, takut dimarahi, takut ditipu, takut rugi, takut disaingi, takut dicela, takut tidak cepat sukses, dan banyak ketakutan yang lain. Jelas, orang-orang ini akan kesulitan dalam menjalani proses keberhasilan itu sendiri. Karena orang-orang yang merasa takut dan cemas sering tidak sabar dan cepat grogi dalam menghadapi problem. Itulah kenapa mereka sangat tipis kemungkinan untuk meraih keberhasilan. Bahkan banyak orang yang didera kesengsaraanjiwa dan raganya, lantaran mereka takut.
Orang yang merasa takut secara otomatis kebebasannya jadi terbelenggu. Orang ini tidak bisa lagi menikmati kemerdekaanya berkumpul, berpendapat dan bergerak, karena takut. Tidak berani berkarya karena takut dicela. Tidak berani mencoba karena takut salah. Juga lantaran takut, seseorang tidak berani mengakui kesalahannya. Ya, dia takut gengsi-nya anjlog, bukan? Orang seperti ini hanya mau menyalahkan saja. Sehingga pengalaman-pengalaman yang hebat dan bermanfaat tak akan pernah dialaminya, yaitu pengalaman yang justru akan membuat orang itu menjadi lebih arif bijaksana disebabkan pernah berbuat salah.
Barangkali karena begitu negatifnya dampak dari rasa takut, maka tak ada satu pun agama di bumi yang mengajari penganutnya agar jadi penakut. Dengarlah Al-Qur’an yang menyeru kepada kaum Muslimin: “Laa takhaf walaa takhzan, innallaha ma’anaa”, yang artinya: “Jangan takut dan jangan gentar, sesungguhnya Allah bersama kita“. Begitu juga umat kristiani dianjurkan oleh agamanya supaya tidak usah takut. “Jangan takut, sebab aku ada dengan kamu. Jangan memandang ke sekeliling dengan rasa cemas!” Sang Budha pun berseru kepada para pengikutnya, “Abhaya!”, maksudnya; jangan takut! Tidak boleh takut, berarti diperintah untuk jadi pemberani. Memang, kita harus belajar untuk menjadi sosok yang berani. Tentu saja yang dimaksud adalah keberaniaan yang proporsional dan bukan keberanian yang konyol. Karena dengan keberanian, banyak hal yang menimbukan sinisme bisa segera dilenyapkan. Orang yang berani karena benar, akan sanggup mengundang berbagai simpati dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan keberanian juga bisa melahirkan rasa kasih sayang diantara sesama makhluk. Dengan berbekal keberanian, hal-hal yang tampaknya mustahil tiba-tiba menjadi serba mungkin.
Sekitar tahun 1985 di desaku ada seorang gadis bernama Siti Fadlilah. Ketika itu dia berusia 16-17 tahun. Dia punya kebiasaan aneh yaitu suka menenteng gitar. Itu pun gitar dari meminjam temannya di desa tetangga. Gadis ini jadi omongan negative berbau sinisme. Dia dijuliki perawan edan, atau gadis gila. Karena hoby menenteng gitar kesana kemari pada waktu itu sungguh menjadi pemandangan yang tidak normal. Apalagi dia sorang gadis, maka stigma ketidak-normalannya menjadi semakin mantap. Tapi dia tidak peduli dengan sindiran, tertawaan, bahkan dia mendadak nekad menemui Rhoma Irama untuk bergabung. Nyaris berhasil, sebab waktu itu dia mendapat surat panggilan dari Rhoma. Tapi sayang, saat menerima surat panggilan itu si gadis sudah diterima bergabung dengan “Nida Ria – Nasida Ria” sebuah group kasidah top di Kota Semarang. Rupanya, sepulang dari menemui Rhoma Irama dia menyempatkan diri mampir di Semarang dan melamar untuk bergabung dengan group Nasida Ria dan diterima.
Keberanian mimpinya ingin jadi penyayi terwujud, dan segera lenyaplah sinisme yang hampir memasungnya seumur hidup. Apa Rahasianya, tidak lain adalah keberanian. Lihatlah keberaniannya yang luar biasa ketika dia harus sendirian menemui Rhoma Irama. Padahal dia hanyalah gadis desa yang lugu, lugu dan lugu…. Juga keberaniannya saat melamar tanpa surat lamaran tapi berbicara langsung untuk bergabung dengan Group Nida Ria, sebuah group papan atas pada masa itu. Padahal ketika itu dia belum bisa memetik gitar dengan benar. Hanya sebatas jreng….jreng…. dan jreng saja. Memang, inilah salah satu bukti bahwa keberanian itu akan memunculkan keajaiban. Bukankah ini artinya bahwa keberanian itu bisa merubah yang mustakhil menjadi serba mungkin?
"Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku dengan sebab (pujian) yang mereka ucapkan,
dan ampunilah aku dari (perbuatan dosa) yang tidak mereka ketahui
(dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka)"
(HR. Bukhari)
Home »
Motivasi Diri
» Jangan Takut, Jangan Gentar!
Jangan Takut, Jangan Gentar!
Related Post Jangan Takut, Jangan Gentar!
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar on Jangan Takut, Jangan Gentar! :
Posting Komentar