"Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku dengan sebab (pujian) yang mereka ucapkan,
dan ampunilah aku dari (perbuatan dosa) yang tidak mereka ketahui
(dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka)"
(HR. Bukhari)

Kidung Rumekso Ing Wengi


Kanjeng Wali Sunan Kalijogo

Ana kidung rumeksa ing wengi,
Teguh ayu luputa ing lara,
Luputa bilahi kabeh,jin setan datan purun,
Paneluhan tan ana wani, miwah panggawe ala,
Gunane wong luput, geni anemahan tirta,
Maling adoh tan ana ngarah ing kami, guna duduk pan sirna.
Sakehin lara pan samja bali,
Sakehing ama sami miruda, welas asih pandulune,
Sakehing bradja luput, kadi kapuk tibanireki,
Sakehing wisa tawa, sato kuda tutut,
Kayu aeng lemah sangar songing landak,
Guwaning mong lemah miring, mjang pakiponing merak.

Menangis & Tangisan


Sayyidina Ali R.A. berkata :
“menangis itu ada tiga macam, yaitu (1) menangis karena takut akan siksa Allah SWT, (2) menangis karena takut akan murka Allah SWT, (3) menangis karena takut terputus dari rahmat Allah SWT.
Tangisan pertama dapat menghapus segala macam bentuk dosa.
Tangisan kedua dapat membersihkan aneka macam aib.
Tangisan ketiga akan mendekatkan diri kepada ridha Allah.
Buah dari dihapusnya segala macam bentuk dosa adalah diselamatkan dari segala bentuk siksaan.
Buah dari dibersihkannya dari aneka macam aib adalah memperoleh kenikmatan abadi dan derajat yang tinggi.Buah dari kedekatan dengan ridha Allah adalah memperoleh kegembiraan dari Allah dengan mendapatkan keridhaanNya dan bisa melihat Dzat Allah secara langsung, mendapat kunjungan kehormatan dari malaikat, dan berlimpahnya balasan baik yang akan diterima.”

Sebuah Muhasabah Diri


Tuhanku,
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra
Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi
Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit
Aku hanya seonggok bintang kecil yang reduo di samudra langit Mu yang tanpa batas

Tuhanku
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU

Tuhanku…………..baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU
Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,

Keinginan Berlebih-lebihan Dapat Membutakan Mata Hati

Bagaimana mungkin hati dapat memancarkan cahaya, sedangkan di dalamnya terlukis gambaran duniawi. Atau, bagaimana mungkin hati dapat menuju Allah kalau ia masih terikat oleh syahwat [keinginan]. Bagaimana hati akan mempunyai keinginan yang kuat agar masuk kepada kehadirat Allah, padahal hatinya belum suci dari ‘janabah’ kelalaiannya. Atau, bagaimana bisa berharap agar mengerti rahasia-rahasia yang halus, padahal ia belum bertaubat untuk menebus kesalahannya. [Syekh Ibnu Atho’illah]


Orang yang beriman tentu menginginkan hatinya dapat memancarkan cahaya untuk mengenal Allah dengan penglihatan indra keenam. Namun hal itu tidak akan dapat dirasakannya jika di dalam hati masih ada goresan-goresan gambaran keadaan dunia.

Syair Rabi'ah Al Adawiyah


1
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu
Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malampun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau Terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau Tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-Mua
Inilah yang akan selalu ku lakukan
Selama Kau Beri aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu,